Perang Revolusi Perancis adalah
serangkaian konflik besar dari 1792 sampai 1802 antara Pemerintahan Revolusi
Perancis dengan beberapa negara di Eropa. DItandai dengan semangat revolusioner
Perancis dan inovasi militer, perang ini menyaksikan kemenangan Pasukan
Revolusi Perancis yang mengalahkan sejumlah koalisi yang menentang mereka dan
memperluas kekuasaan Perancis ke Belgia, Belanda, Italia, dan Rheinlandia.
Perang ini melibatkan jumlah tentara yang besar, terutama karena penerapan pengerahan
massa modern.
Perang Revolusi
Prancis umumnya dibagi antara perang Koalisi Pertama (1792-1797) dan Koalisi
Kedua (1798-1801), walaupun Perancis sedang berperang dengan Kerajaan Britania
Raya terus 1793-1802. Permusuhan berhenti dengan Persetujuan Amiens tahun 1802,
tetapi konflik segera dimulai lagi dengan dimulainya Peperangan era Napoleon.
Perjanjian Amiens biasanya dianggap sebagai penanda akhir dari Perang Revolusi
Perancis, namun peristiwa lain sebelum dan sesudah 1802 telah diusulkan untuk
menjadi titik awal dari Perang Napoleon. Kedua konflik tersebut bersama-sama
membentuk apa yang kadang-kadang disebut sebagai "Perang Besar Perancis".
A.
Latar
Belakang
Pada
1789-1792, seluruh struktur pemerintahan Perancis berpegang teguh pada semboyan
revolusi Perancis, yaitu “Liberté,
Egalité, Fraternité”. Ditandatanganinya Deklarasi Pillnitz pada Agustus
1791 antara Leopold II, Kaisar Romawi Suci dengan Raja Friedrich Wilhelm II dan
deklarasi perang oleh Perancis pada April 1792 membuat Perancis berada dalam
keadaan perang dan mewajibkan angkatan bersenjata Perancis untuk selalu kuat
siap dalam keadaan apapun. Hasilnya, Angkatan Bersenjata Revolusi Perancis
memiliki peran penting terhadap struktur pemerintahan Perancis pada saat itu.
Pihak
royalis yang dipimpin oleh Louis XVI
yang tertekan saat itu, pada akhirnya menyatakan perang kepada Austria untuk
memperbaiki citra mereka terhadap rakyat Perancis pada saat itu. Namun, dalam
beberapa waktu ke depan struktur militer di Perancis mengalami perubahan.
Sebelum revolusi terjadi, 90% petinggi militer Perancis berasal dari kaum
bangsawan. Sedangkan setelah 1794, hanya seitar 3% saja kaum bangsawan yang
memegang peran penting dalam kehidupan kemiliteran di Perancis. Royalis
Perancis pada akhirnya digulingkan, Louis XVI beserta keluarganya dihukum mati,
dan para pendukung revolusi pun mengambil alih pemerintahan dan militer
Perancis pada 1793.
Pengaruh
revolusi begitu tinggi menancap dalam daging angkatan bersenjata Perancis.
Mengubah sebuah lembaga negara yang bersih menjadi lembaga yang menakutkan dan
radikal. Banyak perwira yang disingkirkan atau bahkan dihukum mati. Pemerintah
menuntut para tentara agar setia dan mengabdi kepada Perancis, bukan kepada
jenderalnya. Ciri dari tentara Revolusi Perancis, yang kemudian disempurnakan
pada era Napoleon adalah kemampuan dalam memanfaatkan pasokan perang yang
sangat efektif apabila dibandingkan dengan musuh-musuhnya yang membuatnya selalu
meraih kemenangan di hampir setiap pertempuran.
B.
Perang
Koalisi Pertama
Perang
koalisi pertama terjadi antara Perancis melawan tentara gabungan yang disebut
koalisi pertama yang terdiri atas Kekaisaran Romawi Suci, Austria, Prusia,
Inggris, Spanyol, Portugal, Kerajaan Sardinia, Kerajaan Naples dan Sisilia, dan
Newfoundland.
1.1 1791-1792
Pada awal 1791, monarki-monarki di Eropa merasa
khawatir dengan gejolak revolusi di Perancis , mereka menganggap bahwa mereka
harus turun tangan untuk mendukung kembali raja Louis XVI, berusaha untuk
menghindari pengaruh revolusi Perancis menyebar ke negaranya, atau mengambil
keuntungan dari kekacauan yang terjadi di Perancis. Tokoh paling penting pada
saat itu adalah kaisar Kekaisaran Romawi Suci, Leopold II, yang merupakan
saudara kandung dari Marie Antoinette (Istri Louis XVI). Pada awalnya, Leopold menganggap
revolusi tersebut adalah hal yang lumrah, namun lama kelamaan ia merasa
terganggu ketika revolusi yang terjadi di Perancis tersebut menjadi semakin
radikal dan penuh kekerasan. Mesipun begitu, ia tetap menghindari sebuah
peperangan. Pada 27 Agustus, Leopold, Raja Friedrich Wilhelm II dari Prusia,
dan para bangsawan Perancis menandatangani Deklarasi Pilnitz, yang menyatakan
membantu Raja Louis XVI beserta keluarganya namun dengan syarat Austria dan
Prusia harus memperoleh kekuasaan atas Perancis. Orang-orang Perancis
menganggap bahwa deklarasi tersebut merupakan sebuah ancaman serius dan sebuah
pengkhianatan. Pada akhirnya, Perancis mengabaikan deklarasi tersebut.
Perancis kemudian mengeluarkan ultimatum yang
menyerukan Austria harus menghentikan sikap bermusuhan dengan Perancis dan
menyuruh mundur pasukan mereka di perbatasan Perancis. Namun, pihak Austria
tidak menuruti perintah tersebut. Perancis yang semakin geram setelah melihat
tindakan Austria melakukan sebuah pemungutan suara pada 20 April 1972 dan
hasilnya adalah Perancis berperang melawan Austria. Menteri Dalam Negeri
Perancis pada saat itu, Charles Dumoriez segera menyiapkan invasi cepat atas
Belanda Austria. Dalam melakukan invasi tersebut, ia mengharapkan kepada
penduduk lokal untuk kembali memberontak kepada pemerintah Belanda Austria
seperti yang terjadi pada awal tahun 1790. Namun, revolusi yang terjadi di
Perancis telah sepenuhnya mengacaukan angkatan bersenjata Perancis, dan tidak
memungkinkan untuk melancarkan sebuah invasi ke negara sebesar Austria.
Menyusul dibacakannya deklarasi perang, para tentara Perancis mengalami
perpecahan dan membantai salah satu jenderalnya, Théobald Dillon.
Sementara pemerintah revolusi melakukan penyegaran dan
mengorganisir kembali tubuh angkatan bersenjata Perancis, mayoritas tentara
Prusia dan sekutunya di bawah Charles William Ferdinand, Duke of Brunswick berkumpul
di Koblenz di sekitar Rhine. Pada bulan Juli, invasi dimulai dengan pasukan
Brunswick dengan mudah merebut benteng pertahanan di Longwy dan Verdun.
Ferdinand kemudian merancang sebuah proklamasi yang disebut Brunswick Manifesto
pada bulan Juli 1792 yang ditulis oleh anggota keluarga kerajaan Perancis,
Louis Joseph de Bourbon yang berisi peringatan Raja Perancis untuk mengeluarkan
seluruh kekuatannya dan sebagai bentuk peringatan kepada siapapun yang berani
memberontak terhadap pemerintah Louis XVI akan dikenai hukuman mati. Namun,
kebanyakan dari rakyat Perancis mengabaikan perintah tersebut. Pada 10 Agustus,
sekumpulan massa menyerbu Istana Tuileries, menculik raja beserta para
keluarganya.
Invasi berlanjut dan ketika tiba di Valmy pada 20
September, pasukan Brunswick menemui kebuntuan melawan pasukan Charles Dumoriez
dan François Kellermann yang mempunyai sistem artileri yang sangat mumpuni.
Meskipun jalannya pertempuran secara teori seimbang, namun jalannya pertempuran
tersebut berhasil meningkatkan moral pasukan Perancis dengan hebat. Lebih jauh,
para pasukan Prusia menyadari bahwa jalannya pertempuran berlangsung lebih lama
dan harus dibayar mahal yang tidak sesuai dengan prediksi awal mereka. Mereka
menyadari bahwa apabila pertempuran dilanjutkan, maka Prusia harus bersedia
mengalami banyaknya kerugian dan resiko yang sangat besar dengan datangnya
musim dingin. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mundur dari Perancis.
Keesokan harinya, monarki di Perancis benar-benar dihapuskan dan Republik
Pertama Perancis didirikan pada 21 September 1792.
Sementara itu, pasukan Perancis telah memetik berbagai
keberhasilan pada berbagai front. Mereka berhasil menduduki Savoy dan Nice yang
pada awlanya merupakan daerah milik Kerajaan Sardinia. Sementara itu, di lain
tempat Jenderal Adam Philippe menginvasi Jerman, menduduki berbagai kota di
Jerman yang terletak di sekitar sungai Rhine, dan meraih Frankfurt. Sedangkan
Dumoriez meneruskan strategi ofensifnya di Belanda Austria dan menghasilkan
kemenangan hebat ketika melawan Austria dalam pertempuran Jemappes pada 6
November, hasilnya Perancis berhasil menduduki seluruh negara tersebut pada
awal musim dingin.
1.2 1793
Spanyol dan Portugal bergabung
dengan koalisi Anti-Perancis pada Januari 1793. Sedangkan Inggris memulai
persiapan perang pada akhir 1792 dan menganggap bahwa perang tidak akan selesai
sebelum Perancis menghentikan ekspansinya. Inggris mengusir duta besar Perancis
sebagai reaksi protes atas dieksekusinya Raja Louis XVI dan pada 1 Februari
1793, Perancis meresponnya dengan mendeklarasikan perang terhadap Inggris dan
Republik Belanda.
Perancis memulai sebuah kebijakan penggunaan
mobilitas masa untuk meningkatkan kekuatan militer Perancis. Langkah pertama
yang diambil adalah dengan mengeluarkan dekrit 24 Februri 1793 yang
memerintahkan pengerahan 300.000 tentara. Kemudian, para pemuda diperbolehkan
untuk mendaftarkan diri menjadi tentara dengan dikeluarkannya dekrit 23 Agustus
1793 yang membuat jumlah tentara Perancis meningkat pesat jauh mengalahkan para
pesaingnya. Di lain sisi, pasukan Koalisi meluncurkan sebuah operasi militer
untuk menginvasi Perancis selama Kampanye Flanders.
Pada awalnya, Perancis menderita
beberapa kekalahan. Mereka terusir dari Austria Belanda dan pemberontakan
berkobar di daerah Perancis Barat dan Perancis Selatan. Namun, keadaan mulai
berbalik arah, salah satunya terjadi di Toulon, kota pertama yang merasakan
kehebatan seorang pemimpin divisi artileri Perancis, yang bernama Napoleon
Bonaparte. Dia berperan penting dalam mengepung pelabuhan dan kota Toulon
dengan perencanaan yang sangat efektif dalam serangan dan penempatan artileri yang
ditujukan kepada pasukan pemberontak.
Di akhir tahun, pasukan Perancis
yang semakin bertambah jumlahnya mulai memukul mundur pasukan asing. Selain
itu, pemberontakan dapat ditekan dengan naiknya Pemerintahan Teror (sebuah
pemerintahan di masa Revolusi Perancis yang dipimpin oleh Maximilien
Robespierre) ke tampuk kekuasaan. Militer Perancis meraih supremasi politik
pada saat itu.
1.3 1794
Memasuki tahun 1794, kesuksesan yang
diraih pasukan Perancis pun waktu demi waktu pun kian bertambah. Di perbatasan
Spanyol, pasukan Perancis di bawah komando Jenderal Jacques Dugommier bergerak
dari markas mereka di Bayonne dan Pepignan menuju wilayah Katalan yang dikuasai
Spanyol. Akhirnya, pasukan Spanyol dipaksa meninggalkan kota Rousillon dan
Perancis pun menginvasi Katalan. Jenderal Dugommier terbunuh pada pertempuran
Black Mountain pada November 1794. Namun, tak semua operasi militer Perancis
berjalan mulus. Di front Alpen, tentara Perancis gagal menguasai Piedmont,
sebuah wilayah di Italia.
Di utara, tepatnya pada Kampanye
Flanders, pasukan Austria dan Perancis sama-sama mempersiapkan strategi militer
ofensif di Belgia. Pasukan Austria mengepung Landrecies bergerak maju menuju
Mons dan Mabeuge. Sedangkan Perancis siap untuk melakukan ofensif dalam setiap
front, dengan menempatkan dua divisi pasukan di Flanders dengan satu divisi
berada di bawah kendali Charles Pichegru dan Jean Moreau sedangkan divisi kedua
berada di bawah komando Jean-Baptiste Jourdan yang kemudian menyerang pasukan
Austria dari perbatasan Jerman. Pasukan Perancis pun dapat mengusir pasukan
Austria, Inggris, dan Belanda ke luar Rhine dan pasukan Perancis pun pada
akhirnya dapat menduduki Belgia, Rhineland, dan Belanda bagian Selatan.
Pada bulan Juli, Front Rhine Tengah,
pasukan Jenderal Michaud melancarkan dua serangan menuju Vosges, perbatasan
Kekaisaran Prusia. Searangan pertama mengalami kegagalan sedangkan serangan
kedua menghasilkan kesuksesan. Namun, pertempuran Vosges tidak membuat
Kekaisaran Prusia melakukan serangan balik terhadap pasukan Perancis.
Sebaliknya, berbagai sector di front tersebut terasa sepi selama sisa tahun
1794.
Di lautan Atlantik, pada awal bulan
Juni, para armada Perancis berhasil mennunda usaha Inggris untuk melakukan
konvoy kapal laut yang membawa gandum dari Amerika Serikat meskipun harus
dibayar dengan kehilangan seperempat kekuatannya. Di Karibia, armada Inggris
berhasil mendarat di Martinique pada Februari, mengambil alih seluruh pulau
tersebut pada 24 Maret dan tetap memegang kendali sampai disepakatinya
Perdamaian Amiens. Selain itu, armada Inggris juga dapat menguasai Guadeloupe
pada April 1794 namun pada akhirnya dapat diusir oleh armada Perancis di bawah
Victor Hugues satu tahun kemudian. Di Mediterania, menyusul evakuasi yang
dilakukan Inggris di kota Toulon, pada pemimpin Kerajaan Korsika Pasquale Paoli
setuju dengan rencana Laksamana Samuel Hood untuk menempatkan Korsika di bawah
perlindungan Inggris dengan maksud agar Inggris dapat lebih mudah menguasai
pabrik garnisun Perancis di Saint-Florent, Bastia, dan Calvi, menghasilkan
sebuah negara berusia pendek bernama Kerajaan Anglo-Korsika.
Tahun 1794 dijalani oleh Perancis
dengan meraih sebuah kemenangan di seluruh front dan di akhir tahun, mereka
memulai ekspansi menuju Belanda.
1.4 1795
Setelah menduduki Belanda dengan sangat
cepat, Perancis membentuk sebuah negara boneka bernama Republik Batavia. Tahun
1795 dibuka dengan pasukan Perancis menyerang Republik Belanda di pertengahan
musim dingin. Banyak rakyat Belanda menerima tawaran Perancis untuk bekerja
sama dan memulai revolusi Batavia. Kota demi kota diduduki oleh Perancis dengan
mudah. Para armada Belanda tertangkap, dan pemegang kekuasaan Belanda pada saat
itu, William V, melarikan diri dan digantikan oleh Louis Napoleon dan Republik
Batavia yang mendukung revolusi serta menandatangani sebuah perjanjian
perdamaian dengan Perancis, dan memaksa Batavia menyerahkan wilayah Brabant
Utara dan Maastricht ke Perancis pada 16 Mei.
Dengan jatuhnya Belanda, Prusia pun
memilih untuk meninggalkan koalisi dan menandatangani perdamaian Basel pada 6
April yang memaksa Prusia untuk menyerahkan wilayah tepi barat sungai Rhine
kepada Perancis. Hal tersebut memaksa Prusia untuk mengakhiri pendudukannya di
Polandia.
Pasukan Perancis terus melaju
memasuki Spanyol dan mengambil alih kota Bilbao dan Vitoria serta memulai
penyerangan menuju Castille. Pada 10 Juli, Spanyol pun ikut berdamai dengan
Perancis, mengakui pemerintahan revolusi, serta menyerahkan wilayah Santo
Domingo. Hal tersebut membuat Perancis memindahkan tentara yang berada di Pyrennes
(perbatasan Spanyol-Perancis) ke front Alpen.
Sementara itu, usaha Inggris untuk
mempersenjatai pemberontak Perancis dengan mendaratkan tentaranya di Quiberon
mengalami kegagalan, dan sebuah konspirasi untuk menggulingkan pemerintah
republikan berakhir ketika garnisun Napoleon Bonaparte menggunakan meriam untuk
menyerang massa.
Di front Rhine, Jenderal Pichegru
bernegosiasi dengan para Royalis yang diasingkan, mengkhianati pasukannya. Ini
merupakan sebuah kemunduran bagi posisi Perancis.
Kemenangan Perancis di Italia Utara
pada pertempuran Loano pada November memberikan Perancis akses menuju
Semenanjung Italia.
1.5 1796
Pasukan Perancis mempersiapkan
sebuah agresi besar dalam tiga front, Joudan dan Moreau di Rhine, sedangkan
Bonaparte di Italia. Ketiga pasukan tersebut bertemu di Tyrol dan penaklukan
Vienna. Jourdan dan Moreau melaju dengan cepat menuju Jerman. Moreau akhirnya
sampai di Bavaria dan pinggrian Tyrol pada September, sedangkan Jourdan
dikalahkan oleh Archduke Charles. Kedua pasukan tersebut pada akhirnya dapat
dipukul mundur menyeberangi sungai Rhine.
Napoleon di lain sisi terbilang
sangat sukses dalam menginvasi Italia. Sebelumnya, dia meninggalkan Paris pada
11 Maret menuju Nice untuk mengambil alih pasukan Perancis di Italia yang lemah
dan mendapatkan bantuan yang sangat buruk. Ia sampai pada 26 Maret. Pasukan
tersebut sudah diberi pasokan bantuan dan direorganisir ketika Napoleon sampai,
dan ia menyadari bahwa situasi berubah menjadi jauh lebih baik. Dengan segera
ia dapat menjalankan rencananya untuk menginvasi Italia yang telah ia
rencanakan selama bertahun-tahun. Ia memulai invasi tersebut dengan melakukan
penyerangan terhadap posisi musuh di Ceva.
Kampanye Montenotte dibuka setelah
pasukan Austria di bawah komando Johann Beaulieu menyerang divisi timur
Perancis di dekat Genoa pada 10 April. Napoleon kemudian membalasnya dengan
menyerang dan menghancurkan pasukan sekutu yang terisolasi dalam pertempuran
Montenotte pada 12 April. Hari berikutnya ia mengalahkan pasukan Austria-Sardinia
dalam pertempurn Millesimo. Ia kemudian meraih kemenangan pada pertempuran Dego
Kedua, mengusir divisi Timur Laut Austria, jauh dari orang-orang Piedmont yang
merupakan salah satu sekutunya. Puas dengan melemahnya pasukan Austria,
Napoleon menyerang orang-orang Piedmont dalam pertempuran Mondovi. Seminggu
kemudian, pada 28 April, orang-orang Piedmont menyepakati sebuah gencatan
senjata di Cherasco dan mundur dari pertempuran. Pada 18 Mei mereka
menandatangani Traktar Perdamaian Paris , memaksa sekutu untuk menyerahkan
wilayah Savoy dan Nice.
Setelah berhenti sejenak, Napoleon
melaksanakan taktik briliannya untuk menjepit pasukan Austria di Italia. Ia
menyeberangi sungai Po di Piacenza, memotong dan mengepung pergerakan pasukan
Austria. Pasukan Austria akhirnya dapat melarikan dalam pertempuran Fombio,
pasukan yang tertangkap dianiaya di Lodi pada 10 Mei, setelah Perancis berhasil
menduduki Milan. Napoleon kemudian mengalihkan serangannya ke timur, mengusir
tentara Austria dalam pertempuran Borghetto dan pada bulan Juni dimulailah
pengepungan Mantua. Mantua adalah pangkalan militer terbesar milik Austria di
Italia. Sementara itu, orang-orang Austria mundur ke utara melewati kaki bukit
Tyrol.
Selama Juli dan Agustus, Austria
mengirimkan pasukan yang masih segar ke Italia yang dipimpin oleh Dagobert
Wurmser. Wurmser menyerang Mantua di sepanjang sisi timur Danau Garda dan
mengirim Peter Quasdanovich menuju sisi barat dalam upaya mengepung Napoleon.
Napoleon memanfaatkan kesalahan Austria dalam membagi pasukannya dengan
mengalahkan mereka secara mendetil, namun ia meninggalkan pengepungan Mantua
yang terjadi selama enam bulan. Wurmser akhirnya mundur menuju Tyrol dan
Napoleon melanjutkan pengepungan.
Pada September, Napoleon melakukan
pertempuran melawan pasukan Trento di Tyrol, namun Wurmser telah pergi
meninggalkan Mantua melewati lembah di sekitar Sungai Brenta, meninggalkan
pasukan Paul Davidovich untuk menahan serangan Perancis. Napoleon kemudian
menyerbu pasukan yang tertahan dalam pertempuran Rovereto. Kemudian ia menyusul
Wurmser mengarungi lembah Brenta untuk menghabiskan pasukan Austria pada
pertempuran Bassano pada 8 September. Pasukan Austria dapat menghindari usaha
Napoleon dalam memotong pergerakan mereka namun terpaksa memasuki sebuah kota
setelah pertempuran sengit pada 15 September. Setidaknya 30.000 orang Austria
terjebak di dalam benteng di kota tersebut. Banyak sekali tentara yang mati
akibat penyakit dan kelaparan.
Austria mengirim pasukan yang lain
di bawah József Alvinczi untuk melawan Napoleon pada November. Lagi, Austria
membagi pasukan mereka. Pasukan Davidovich menyerang dari utara sedangkan
pasukan Alvinczi menyerang dari timur. Pada awalnya Austria meraih kemenangan
atas Perancis di Bassano, Calliano, dan Caldiero. Namun pasukan Napoleon pada
akhirnya mengalahkan Alvinczi pada pertempuran Arcole di tenggara Verona.
Tentara Perancis kemudian beralih kepada pasukan Davidovich dengan kekuatan
penuh dan mengejar mereka hingga ke Tyrol. Satu-satunya serangan mendadak yang dilakukan
Austria ternyata terlambat dan tidak
efektif.
Pemberontak Vandée akhirnya dapat dihancurkan oleh
Louis Hoche, namun usaha Hoche dalam menginvasi Irlandia hanya berbuah
kegagalan.
1.6 1797
Pada 14 Februari, Laksamana Inggris,
John Jervis mengalahkan armada Spanyol di perairan Portugal dalam pertempuran
Cape St. Vincent. Namun, armada Inggris melemah selama 1797 oleh pemberontakan
Spithead dan Nore yang dilancarkan oleh para pelaut dari Royal Navy.
Pada 22 Februari Perancis menginvasi
Inggris. Pasukan Perancis yang beranggotakan 1.400 tentara dari La Legion Noire (Legiun Hitam) pimpinan
orang Amerika Serikat yaitu Kolonel William Tate mendarat di Fishguard, Wales.
Mereka segera bertemu dengan pasukan Inggris beranggotakan 500 pelaut dan
tentara pimpinan John Campbell. Setelah terjadi bentrokan singkat dengan
penduduk local dan pasukan John Campbell pada 23 Februari, akhirnya Tate
menyerah tanpa syarat pada 24 Februari.
Di Italia, pasukan Napoleon masih
melakukan pengepungan Mantua pada awal tahun, dan usaha orang-orang Austria di
bawah Alvinczy untuk menghentikan pengepungan gagal pada pertempuran Rivoli, di
mana Perancis meraih kemenangan telak. Akhirnya, pada 2 Februari, Wurmser
beserta 18.000 pasukannya menyerah di Mantua. Dengan ditaklukannya Mantua, maka
Napoleon memiliki keleluasaan untuk menyerang jantung Austria. Ia langsung
melancarkan agresinya menuju Alpen Julian dan mengirim Barthélemy Joubert untuk
menginvasi Tyrol.
Archduke Charles dari Austria dengan
terburu-buru bertolak dari Jerman menuju Austria, namun ia dan pasukannya dapat
ditaklukan di Tagliamento pada 16 Maret. Napoleon pun mulai masuk ke dalam
wilayah Austria, menduduki Klagenfurt dan bersiap untuk menaklukan Wina,
ibukota Austria. Di Jerman, pasukan Hoche dan Moreau menyeberangi sungai Rhine
kembali pada bulan April. Kemenangan Napoleon tersebut membuat Austria
ketakutan dan berusaha untuk melakukan perdamaian dengan ditandatanganinya
Traktat Campo Formio dan Austria terpaksa memberikan wilayah Belanda Austria
kepada Pernacis dan mengakui perbatasan Perancis di sepanjang sungai Rhine.
Dengan tersisanya Inggris sebagai
musuh tunggal Perancis, maka dengan itu Koalisi Pertama dinyatakan bubar.
1.7 1798
Dengan tersisanya Inggris yang harus
berjuang sendiri melawan Perancis dan tidak memiliki angkatan laut yang cukup
untuk mengalahkan Perancis, maka Napoleon melancarkan sebuah invasi ke Mesir
pada 1798, yang akan memuaskan hasratnya. Secara logika, operasi militer
tersebut tidak terlalu menguntungkan bagi Perancis, namun dianggap dapat mengancam
dominasi Inggris di India.
Napoleon berlayar dari Toulon dan
Alexandria. Mengambilalih kepulauan Malta di perjalanan, dan mendarat di
Alexandria pada bulan Juni. Dalam perjalanannya menuju Kairo, ia meraih sebuah
kemenangan hebat dalam pertempuran Piramid. Meski begitu, armadanya
ditenggelamkan oleh armada Horatio Nelson dalam pertempuran Sungai Nil,
membuatnya terdampar di Mesir dan menghabiskan tahunnya untuk memperkukuh
posisinya di Mesir.
Pemerintah Perancis juga mengambil
sebuah langkah untuk mengintervensi perselisihan internal yang terjadi di
Swiss, menduduki Swiss, membentuk Republik Helvetia, dan menganeksasi Genoa.
Perancis juga memecat Paus Pius VI dan mendirikan sebuah republik di Roma.
Sebuah pasukan ekspedisi Perancis dikirim
ke County Mayo, Irlandia untuk membantu pemberontakan melawan pemerintahan
Inggris pada musim panas 1798. Pada awalnya pasukan Perancis meraih kemenangan
dan yang paling dikenal adalah kemenangan pada pertempuran Castlebar. Namun,
pasukan Perancis mengalami hambatan ketika mencoba untuk memasuki Dublin. Kapal
Perancis yang dikirim untuk membantu mereka dihancurkan oleh Royal Navy di
County Donegal sehingga pasukan Perancis yang berada di Irlandia menjadi
santapan empuk tentara Inggris. Seketika pasukan Perancis hancur dan niat untuk
menginvasi Irlandia diurungkan.
Pasukan Perancis yang berada di Belanda Selatan dan
Luksemburg juga mengalami tekanan di mana penduduk lokal memberontak melawan
kebijakan wajib militer dan kekerasan anti-agama.
Orang-orang Perancis pada 1798 bertempur
melawan Amerika Serikat di laut dalam sebuah peperangan yang tidak pernah
dideklarasikan yang disebut Perang Quasi. Perang tersebut diselesaikan dengan
damai dengan disepakatinya Konvensi London tahun 1800.
C.
Perang
Koalisi Kedua
Inggris
dan Austria membentuk sebuah koalisi untuk melawan Perancis pada 1798,
Kekaisaran Rusia untuk pertama kali bergabung dengan koalisi meskipun tidak
pernah ikut serta dalam peperangan kecuali ketika melawan Kerajaan Sisilia.
Koalisi tersebut dinamakan Koalisi Kedua. Perang koalisi kedua terjadi antara
Perancis dan sekutunya (Spanyol, Polandia, Denmark-Norwegia, dan negara satelit
Perancis) melawan pasukan koalisi kedua yang terdiri dari Kekaisaran Romawi
Suci, Austria, Inggris, Rusia, Portugal, Kerajaan Naples, dan Kesultanan
Ottoman.
1.8 1799
Napoleon memperkuat posisinya selama
berada di Mesir. Segera setelah memasuki awal tahun, ia dan tentaranya
menginvasi Suriah, merebut El Arish dan Jaffa. Pada 17 Maret ia mengepung Acre
dan mengalahkan tentara Kekaisaran Ottoman yang ingin membantu kota tersebut
pada pertempuran Gunung Tabor pada 17 April. Meskipun begitu, serangan
bertubi-tubi tentara Napoleon terhadap kota Acre akhirnya dapat dihentikan oleh
tentara Ottoman dan Inggris di bawah komando Jezzar Pasha dan Sir Sidney Smith.
Memasuki bulan Mei, banyak tentara Napoeon mulai terjangkit wabah penyakit dan usaha untuk
merebut kota Acre mengalami kegagalan sehingga pada akhirnya tentara Napoleon
mundur kembali menuju Mesir. Pada bulan Juli, pasukan Ottoman dengan bantuan Inggris
melancarkan invasi ke Mesir melalui laut. Namun, angkatan laut Napoleon masih
terlalu tangguh, mereka menyerang pos pertahanan pantai Ottoman dan
menghancurkan armada Turki pada pertempuran Teluk Aboukir sehingga pasukan
Napoleon meraih kemenangan telak. Mendengar adanya krisis politik dan militer
yang terjadi di Perancis daratan, Napoleon memutuskan untuk kembali ke Eropa
pada bulan Agustus, meninggalkan tentaranya di Mesir dan mengangkat Jean
Baptiste Kléber sebagai pemegang komando tertinggi pasukan Perancis di Mesir.
Ia mengarungi lautan Mediterania untuk kembali ke Paris dan mengambilalih
pemerintahan melalui sebuah kudeta.
Di Eropa, pimpinan tertinggi Tentara
Pengamat Perancis mengirimkan 30.000 tentara yang terbagi dalam 4 divisi,
menyeberangi sungai Rhine di Kehl dan Basel pada bulan Maret 1799. Pasukan
tersebut dinamakan “Army of the Danube” atau “Tentara Danube”. Di bawah komando Jean-Baptiste Jourdan, para
tentara dibagi menjadi empat. Divisi Pertama, sayap di bagian kanan, berpusat
di Hüningen,
melewati Basel dan maju ke timur melalui jalur di sepanjang Sungai Rhine
melalui Danau Constance. Divisi Kedua, sayap di bagian kiri, maju menyeberangi
Kehl dengan melewati jalur yang bergunung-gunung via Freudenstadt. Sedangkan
Divisi Ketiga dan Divisi Keempat (Pasukan Cadangan) juga ikut menyeberangi
Kehl, namun pada akhirnya kedua divisi tersebut berpisah. Divisi Ketiga
menjelajahi Hutan Hitam via Oberkirch, sedangkan Divisi Keempat yang kebanyakan
berisikan pasukan artileri dan kavaleri pergi menuju lembah di Freiburg am
Breisgau.
Di front lain, pasukan terkuat
Austria di bawah komando Achduke Charles’ yang sedang berada di sisi timur
Sungai Lech harus berhadapan dengan musim dingin yang ganas. Hal tersebut
segera diketahiu oleh Jourdan yang telah mengirim mata-mata ke Jerman untuk
melakukan spionase terhadap kekuatan lawan dan kondisi alam di tempat tersebut.
Pada pertengahan Maret 1799, Tentara
Danube harus menghadapi dua pertempuran besar, keduanya terjadi di Jerman
bagian barat daya. Yang pertama adalah pertempuran Ostrach yang berlangsung
pada 21 Maret 1799 hingga 2 April 1799. Pertempuran tersebut merupakan
pertempuran pertama dari Perang Koalisi Kedua. Pasukan Austria di bawah komando
Archduke Charles akhirnya dapat mengalahkan tentara Jourdan. Perancis menderita
kerugian yang cukup besar dan dipaksa mundur dari daerah tersebut. Tak berbeda
jauh dengan pertempuran sebelumnya, pada pertempuran kedua yang terjadi di
Stockach pada 25 Maret 1799, pasukan Austria pun meraih kemenangan telak atas Perancis
dan kembali menekan tentara Perancis di barat. Jourdan kemudian memerintahkan
jenderalnya untuk mengambilalih pasukan yang sedang bertugas di Hutan Hitam,
sedangkan dirinya mendirikan markas di Hornberg. Dari situlah, Jourdan
menyerahkan komandonya kepada Jean Augustin Ernouf dan kembali ke Paris untuk
meminta peningkatan kuantitas dan kualitas tentara dan tentunya, bantuan medis.
Tubuh angkatan bersenjata Perancis
ditata kembali. Kini, angkatan bersenjata Perancis yang baru digabungkan dengan
angkatan bersenjata Helvetia (Swiss) di bawah komando André Masséna. Dengan perubahan tersebut, para tentara
ikut berpartisipasi dalam beberapa pertempuran kecil yang berkecamuk di Swiss
bagian timur, termasuk pertempuran Winterthur. Beberapa hari kemudian, pada
pertempuran Zürich Pertama, Masséna menuju ke timur, melewati Sungai Limmat.
Pada akhir musim panas 1799, Archduke Charles dari Austria diperintahkan untuk
membantu pasukan Austria di daerah Rhine bagian tengah, ia mundur ke utara
meninggalkan pasukan yang berada di Zürich dan Swiss Utara dan menyerahkan
kendali kepada pasukan Rusia yang berjumlah 25.000 tentara di bawah komando
Alexander Korsakov yang kurang pengalaman. Bahkan bantuan pasukan pimpinan
Friedrich Freiherr von Hotze berisi 15.000 tentara yang dikenal sangat kuat pun
tak sanggup untuk melindungi pertahanan buruk yang dirancang oleh Korsakov.
Pada pertempuran Zürich Kedua, pasukan Rusia dapat dihancurkan dan Hotze
terbunuh di Zürich bagian selatan.
Di Perancis, Napoleon yang kembali ke negaranya setelah
pergi berjuang di Mesir dengan memanfaatkan popularitas dan kekuatan militernya
pada akhirnya melancarkan sebuah kudeta kepada pemerintahan yang sah dan
diangkat menjadi kepala negara Perancis.
1.9 1800
Di Italia, orang-orang Austria di bawah komando
Jenderal Melas melakukan penyerangan, dan pada minggu ketiga di bulan April
merangsak maju hingga Sungai Var, dan berhasil mengepung pasukan André Masséna
di Genoa via daratan dengan dibantu Inggris yang mengepung Perancis via laut.
Sebagai reaksi atas peristiwa tersebut, petinggi militer Perancis,
Louis-Alexandre Bertier, bergerak menuju Genoa untuk membantu Masséna dan
memberi instruksi kepada Masséna untuk mempertahankan Genoa sampai 4 Juni.
Tentara cadangan di bawah Napoleon segera bergabung dan pada pertengahan Mei
mulai bergerak menuju Genoa melalui Alpen. Pada 24 Mei, 40.000 tentara cadangan
Perancis sampai di lembah sungai Po, beberapa kilometer dari Genoa.
Ketika melewati Pegunungan Alpen, Napoleon tidak
meneruskan perjalanan ke Genoa, tetapi meneruskan perjalanannya menuju Milan,
untuk memperbaiki jalur komunikasi (melalui simpangan Simplon dan St. Gothard)
dan untuk menghancurkan jalur komunikasi pasukan Melas dengan Mantua dan Wina.
Ia memasuki Milan pada 2 Juni dan dengan menyeberangi tepi selatan sungai Po,
Napoleon dapat memotong jalur komunikasi pasukan Melas. Ia kemudian membangun
posisi pertahanan yang kuat dan dengan percaya diri menantikan serangan dari
pasukan Austria.
Meskipun begitu, Melas tidak menghentikan pengepungan
kota Genoa, dan pada 4 Juni, sebagaimana semestinya, Masséna menyerah. Napoleon
kemudian menghadapi kemungkinan bahwa Austria menjadikan Genoa sebagai markas
barunya dan akan mendapatkan pasokan dari laut. Dengan begitu, maka Napoleon
harus menemukan dan menyerang pasukan Austria yang lain agar tidak berkumpul
dan bersatu satu sama lain. Oleh karena itu, ia bergerak dari Stradella menuju
Alessandria, di mana Melas yang rupanya tidak melakukan apa-apa berada. Yakin
bahwa Melas akan mundur, maka Napoleon mengirim sebuah armada kuat untuk
memblokir jalur yang dilewati pasukan Melas di utara Sungai Po dan bagian
selatan Genoa. Di titik ini, Melas menyerang dan Napoleon menyadari sendiri
kerugian besar yang dialami dalam pertempuran Marengo pada 14 Juni. Napoleon
dan tentara Perancis lainnya berada di bawah tekanan yang sangat besar pada
jam-jam awal pertempuran. Melas percaya bahwa ia telah memenangkan pertempuran
dan menyerahkan detik-detik terakhir pertempuran kepada bawahannya. Tiba-tiba,
datanglah sebuah detasemen Perancis di bawah komando Louis Charles Desaix dan
sebuah serangan balik cepat pada akhirnya membalikkan keadaan menghasilkan
sebuah kemenangan telak bagi Perancis. Austria kehilangan separuh pasukannya,
sedangkan Perancis kehilangan salah satu pemimpin hebatnya, Louis Charles
Desaix.
Melas dengan segera melakukan negosiasi yang membuat
Austria mengevakuasi Italia Utara, dan menunda berbagai operasi militer di
Italia. Sedangkan di sisi lain, Napoleon kembali ke Paris setelah kemenangan
briliannya, meninggalkan Guillaume Brune untuk memperkuat posisinya di Italia
dan memulai kampanye militer di Austria.
Sedangkan di front Jerman, pasukan Perancis dan Austria
bertemu satu sama lain di daerah Rhine pada awal 1800. Feldzeugmeister (General
Fieldmarshall) Pál Kray memimpin sekitar 120.000 tentara. Sebagai tambahan,
pasukannya terdiri dari 12.000 orang
Bavaria, 6.000 berasal dari Kepangeranan Württemberg, 5.000 berasal dari
Mainz, dan 7.000 orang berasal dari Tyrol. Dari jumlah tersebut, 25.000
ditugaskan di sisi timur Danau Constance untuk melindungi Voralberg. Kray
menempatkan pasukan utamanya yang terdiri atas 95.000 orang di sepanjang
perbatasan utara Swiss hingga perbatasan timur Perancis. Dengan tidak
beruntung, Kray mengatur pasukannya di Stockach hanya sehari sebelum Perancis
menguasai Swiss.
Jenderal Jean Moreau memimpin 137.000 tentara Perancis
bersenjata lengkap. Dari jumlah tersebut, 108.000 tentara siap bertempur dalam
operasi lapangan sedangkan 29.000 lainnya memantau perbatasan Swiss dan
mempertahankan pos pertahanan di Rhine. Konsul Napoleon Bonaparte menawarkan
sebuah rencana untuk menjepit pasukan Austria dengan sebuah serangan dari
Swiss, namun Moreau menolak untuk mengikutinya. Pada akhirnya, Moreau malah
bergerak melewati lereng timur Hutan Hitam.Pada 3 Mei 1800, meletuslah
pertempuran di Engen dan Stockach antara tentara Republik Perancis Pertama di
bawah Jean Moreau melawan Habsburg Austria di bawah pimpinan Pál Kray .
Pertempuran di Engen menghasilkan kerugian berat bagi kedua belah pihak. Dengan
hilangnya basis persediaan makanan dan senjata di Stockach, Kray memerintahkan
pasukannya untuk mundur ke Messkirch, sebuah tempat di mana ia merasakan posisi
bertahan yang lebih baik. Hal itu menandakan bahwa dengan mundurnya Kray, maka
jalur pasukan Austria di Swiss dan Voralberg terputus.
Pada 4 dan 5 Mei, Perancis melancarkan serangan ke
Messkirch namun hanya menghasilkan kesia-siaan. Di dekar Krumbach, di mana
Austria memiliki keunggulan kekuatan dan posisi, tentara Perancis dapat merebut
desa dan daerah penting di sekitarnya, yang dapat memudahkan Perancis untuk
melakukan serangan ulang ke Messkirch. Kemudian, Kray memerintahkan pasukannya
untuk mundur menuju Sigmaringen. Namun, pergerakan Kray terus diikuti oleh
Perancis yang semakin lama semakin dekat. Pertempuran di sekitar Biberach an
der Ris terjadi pada 9 Mei. Pertempuran tersebut berlangsung antara 25.000
tentara Perancis pimpinan Laurent de Gouvion Saint-Cyr melawan pasukan Austria.
Setelah terjepit oleh Moreau, yang dapat menguasai Ulm setelah pertempuran Höchstädt, Kray mundur kembali menuju Munich. Lagi, sehari
berikutnya pada 10 Mei, pasukan Kray dapat dipukul mundur menuju Ulm.
Gencatan
senjata disepakati dan berlangsung selama beberapa bulan dan posisi Kray
digantikan oleh Archduke John. Pada akhirnya, keengganan Austria untuk menerima
negosiasi perdamaian dengan Perancis membuat Perancis mengakhiri gencatan
senjata pada pertengahan November. Ketika gencatan senjata berakhir, John
bergerak menuju Inn melalui Munich. Namun, pasukannya dapat dikalahkan dalam
pertempuran-pertempuran kecil di Ampfing dan Neuburg an der Donau. Di lain
sisi, secara meyakinkan pada 3 Desember di sebuah hutan di Hohenlinden pasukan
Moreau memulai kampanye menuju Wina, dan pada akhirnya pihak Austria dituntut
untuk berdamai. Sebuah kesepakatan damai ditandatangani dan perang antara
Perancis dan Austria pun berakhir.
1.10
1801
Pada 9
Februari, Austria menandatangani Traktat Lunéville yang mengakhiri peperangan.
Namun pertempuran melawan Inggris tetap berlangsung dan pasukan Ottoman
menginvasi Mesir pada Maret 1801, membunuh Kléber di Heliopolis. Pasukan
Perancis yang hampir habis di Mesir akhirnya menyerah pada bulan Agustus.
Pertempuran
di laut pun tetap berlanjut. Negara-negara netral seperti Rusia, Prussia,
Denmark, dan Swedia bersatu untuk melindungi kapal-kapal netral dari serangan
angkatan laut Inggris, namun mengalami kegagalan. Laksamana Inggris, Horatio
Nelson menentang perintah dan menyerang armada Denmark di pelabuhan pada
pertempuran Kopenhagen, menghancurkan hampir semua kapal yang ada di situ.
Namun sebuah gencatan senjata disepakati, mencegah armada Inggris untuk
melanjutkan serangan ke laut Baltik untuk menyerang armada Rusia di Tallinn.
Sementara di Gibraltar, skuadron Perancis pimpinan Linois yang kalah jumlah secara
mengejutkan dapat menahan serangan pertama Inggris di bawah pimpinan James
Saumarez pada pertempuran Algericas Pertama. Namun pada pertempuran Algericas
Kedua empat hari kemudian, armada Inggris dapat merebut kapal perang Perancis
dan menenggelamkan dua kapal lainnya, membunuh sekitar 2.000 orang Perancis
sedangkan Inggris hanya kehilangan 12 pasukannya.
1.11
1802
Pada 1802,
Perancis dan Inggris menyepakati Traktat Amiens yang menandakan akhir dari
peperangan. Hal tersebut memulai periode damai terpanjang antara 1792-1815.
Berlakunya traktat tersebut merupakan sebuah transisi anara Perang Revolusi
Perancis menuju Peperangan era-Napoleon.